Kamis, 17 November 2011

Kota Maros














KABUPATEN Maros merupakan salah satu kabupaten dalam lingkup Propinsi Sulawesi Selatan Luas Wilayah kabupaten Maros 1.619,11 km2 yang terdiri dari 14 kecamatan (Turikale, Maros Baru, Lau, Bontoa, Mandai, Marusu, Tanralili, Moncongloe, Tompobulu, Bantimurung, Simbang, Cenrana, Camba, dan Mallawa) yang membawahi 80 Desa dan 23 Kelurahan. Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata.

Kabupaten Maros terletak dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40°45 ’- 50°07’ Lintang Selatan dan 109°205’ - 129°12’ Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Pangkep sebelah Utara, Kota Makassar dan Kabupaten Gowa sebelah selatan, Kabupaten bone disebelah Barat. Luas Wlayah Kabupaten Maros 1.619,12 km2. Berdasarkan pencatatan kelurahan Badan stasiun Meteorologi suhu udara minimum berkisar pada suhu 22,80°C (terjadi pada bulan Juli dan Agustus) dan suhu maksimum berkisar 33,70°C (terjadi pada Bulan Oktober). Kabupaten Maros memegang peranan penting terhadap pembangunan Kota Makassar karena sebagai daerah penyanggah dan perlintasan utama sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di Maros.

Di daerah Kabupaten Maros memiliki keadaan lereng permukaan tanah diklasifikasikan sebagai berikut : (I) 0 – 2 %, (II) 2 – 15 %, (III) 15 – 40 %, (IV) > 40 %.  Pada Kabupaten Maros dengan kemiringan lereng 0 – 2 % merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah 70.882 Km2 atau sebesar 44 %  sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada kemiringan 2 – 5 % dengan luas wilayah 9.165 Km2 atau sebesar 6 % dari luas total wilayah perencanaan . Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan 0 – 2 % dominan berada pada sebelah Barat, dan pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan > 40 % berada pada sebelah Timur wilayah perencanaan.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut terutama di daerah tropis dapat menentukan banyaknya curah hujan dan suhu. Ketinggian juga berhubungan erat dengan konfigurasi lapangan, unsur-unsur curah hujan, suhu dan konfigurasi lapangan mempengaruhi peluang pembudidayaan komoditas.   Ketinggian wilayah di Kabupaten Maros berkisar antara 0 – 2000 meter dari permukaan laut. Di bagian Barat wilayah Kabupaten Maros dengan ketinggian 0 – 25 meter dan di bagian Timur dengan ketinggian 100 – 1000 meter lebih.  Pada Kabupaten Maros dengan  ketinggian 0 – 25 m merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah 63.083 ha atau sebesar 39 %  sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada ketinggian > 1000 m dengan luas wilayah 7.193 ha atau sebesar 4 % dari luas total wilayah perencanaan.
* * *
Terdapat beberapa versi mengenai penamaan atau asal usul kata Maros ini. Versi pertama menyebutkan bahwa kata Maros berasal dari kata Makassar, “Marusu”, yang diambil dari kata A’maru atau Appa’ Maru yang berarti ‘dimadu’ atau ‘memadu’ beberapa isteri. Penamaan demikian berdasarkan suaru cerita di masa lampau seorang puteri Marusu dimadu oleh seorang raja dari negeri lain. Cerita lain menyebutkan bahwa memang Raja Marusu yang gemar memperbanyak isteri dan memang dulu pasa masa kerajaan, jangankan raja, bangsawan dibawahnya pun sudah lazim beristeri lebih dari satu. 

Dalam lontaraq bilang Raja Gowa dan Tallo, disebutkan bahwa Karaeng Tallo I Mangngayoang Berang Karaeng Pasi Tunipasuru’ memadu puteri Karaeng Loe ri Marusu, Karaeng Marusu III yang bernama I Pasilemba, yang melahirkan I Mappataka’tana Daeng Padulung (Karaeng Tallo IV), I Yenang Daeng Palengu, Karaeng Barampatola (Isteri I Tajibarani Daeng Manrompa Tunibatta Raja Gowa XI), I Daeng Maddaeng, Karaengari Sinjai, I Daeng ri Tidung, Karaenga ri Bontokappo, Karaenga ri Mangarabombang, Karaenga ri Ujung Tanah. Dalam riwayat yang lain, disebutkan bahwa Karaeng Marusu IX, La Mamma Daeng Marewa Matinroe ri Samangki mempunyai isteri sebanyak 41 orang. Pada decade selanjutnya Karaeng Marusu memadu beberapa isterinya meskipun terkadang tidak sederajat dengannya. 

Selain versi diatas, ada pula yang menyebutkan bahwa kata “Marusu” berasal dari Makassar, “Rusung”, atau Bugis, “Marusung” yang artinya suatu keadaan yang sederhana, baik individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat. Jika kata tersebut disebut berulang, “A’rusung-rusung” atau “Marusung - rusung” maka kata itu menunjukkan seseroang yang mempunyai keahlian atau kelebihan dalam membawakan diri, baik menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat serta tidak mengenal kata mundur sebelum mencapai tujuannya. Tentu penamaan ini menunjukkan hubungan sikap kepemimpinan masa lampau yang telah diletakkan dalam dasar pemerintahan Karaeng Marusu’. 

Versi lain tentang penamaan Maros adalah berasal dari kata “Ma’roso”, yaitu nama seorang pemilik kedai di tengah daerah Marusu. Konon kedai ini banyak disinggahi kafilah dari dan ke Bone – Gowa dan jika mereka membuat suatu perjanjian untuk bertemu, disebut di “Maroso” sehingga lama kelamaan nama Ma’roso populer dan menjadi nama suatu daerah yang selanjutnya berubah menjadi Maros.

0 komentar:

Posting Komentar