KABUPATEN Maros merupakan salah satu kabupaten dalam lingkup Propinsi Sulawesi Selatan Luas Wilayah kabupaten Maros 1.619,11 km2 yang terdiri dari 14 kecamatan (Turikale, Maros Baru, Lau, Bontoa, Mandai, Marusu, Tanralili, Moncongloe, Tompobulu, Bantimurung, Simbang, Cenrana, Camba, dan Mallawa) yang membawahi 80 Desa dan 23 Kelurahan. Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata.
Kabupaten Maros terletak
dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40°45 ’- 50°07’ Lintang Selatan
dan 109°205’ - 129°12’ Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten
Pangkep sebelah Utara, Kota Makassar dan Kabupaten Gowa sebelah selatan,
Kabupaten bone disebelah Barat. Luas Wlayah Kabupaten Maros 1.619,12
km2. Berdasarkan pencatatan kelurahan Badan stasiun Meteorologi suhu
udara minimum berkisar pada suhu 22,80°C (terjadi pada bulan Juli dan
Agustus) dan suhu maksimum berkisar 33,70°C (terjadi pada Bulan
Oktober). Kabupaten Maros memegang peranan penting terhadap pembangunan
Kota Makassar karena sebagai daerah penyanggah dan perlintasan utama
sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan
sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di
Maros.
Di daerah Kabupaten
Maros memiliki keadaan lereng permukaan tanah diklasifikasikan sebagai
berikut : (I) 0 – 2 %, (II) 2 – 15 %, (III) 15 – 40 %, (IV) > 40
%. Pada Kabupaten Maros dengan kemiringan lereng 0 – 2 % merupakan
daerah yang dominan dengan luas wilayah 70.882 Km2 atau sebesar 44 %
sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada
kemiringan 2 – 5 % dengan luas wilayah 9.165 Km2 atau sebesar 6 % dari
luas total wilayah perencanaan . Untuk pengembangan wilayah dengan
tingkat kelerengan 0 – 2 % dominan berada pada sebelah Barat, dan
pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan > 40 % berada pada
sebelah Timur wilayah perencanaan.
Ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut terutama di daerah tropis dapat menentukan
banyaknya curah hujan dan suhu. Ketinggian juga berhubungan erat dengan
konfigurasi lapangan, unsur-unsur curah hujan, suhu dan konfigurasi
lapangan mempengaruhi peluang pembudidayaan komoditas. Ketinggian
wilayah di Kabupaten Maros berkisar antara 0 – 2000 meter dari permukaan
laut. Di bagian Barat wilayah Kabupaten Maros dengan ketinggian 0 – 25
meter dan di bagian Timur dengan ketinggian 100 – 1000 meter lebih.
Pada Kabupaten Maros dengan ketinggian 0 – 25 m merupakan daerah yang
dominan dengan luas wilayah 63.083 ha atau sebesar 39 % sedangkan
daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada pada ketinggian >
1000 m dengan luas wilayah 7.193 ha atau sebesar 4 % dari luas total
wilayah perencanaan.
* * *
Terdapat
beberapa versi mengenai penamaan atau asal usul kata Maros ini. Versi
pertama menyebutkan bahwa kata Maros berasal dari kata Makassar,
“Marusu”, yang diambil dari kata A’maru atau Appa’ Maru yang berarti
‘dimadu’ atau ‘memadu’ beberapa isteri. Penamaan demikian berdasarkan
suaru cerita di masa lampau seorang puteri Marusu dimadu oleh seorang
raja dari negeri lain. Cerita lain menyebutkan bahwa memang Raja Marusu
yang gemar memperbanyak isteri dan memang dulu pasa masa kerajaan,
jangankan raja, bangsawan dibawahnya pun sudah lazim beristeri lebih
dari satu.
Dalam lontaraq
bilang Raja Gowa dan Tallo, disebutkan bahwa Karaeng Tallo I
Mangngayoang Berang Karaeng Pasi Tunipasuru’ memadu puteri Karaeng Loe
ri Marusu, Karaeng Marusu III yang bernama I Pasilemba,
yang melahirkan I Mappataka’tana Daeng Padulung (Karaeng Tallo IV), I
Yenang Daeng Palengu, Karaeng Barampatola (Isteri I Tajibarani Daeng
Manrompa Tunibatta Raja Gowa XI), I Daeng Maddaeng, Karaengari Sinjai, I
Daeng ri Tidung, Karaenga ri Bontokappo, Karaenga ri
Mangarabombang, Karaenga ri Ujung Tanah. Dalam riwayat yang lain,
disebutkan bahwa Karaeng Marusu IX, La Mamma Daeng Marewa Matinroe ri
Samangki mempunyai isteri sebanyak 41 orang. Pada decade selanjutnya
Karaeng Marusu memadu beberapa isterinya meskipun terkadang tidak
sederajat dengannya.
Selain versi
diatas, ada pula yang menyebutkan bahwa kata “Marusu” berasal dari
Makassar, “Rusung”, atau Bugis, “Marusung” yang artinya suatu keadaan
yang sederhana, baik individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat.
Jika kata tersebut disebut berulang, “A’rusung-rusung” atau “Marusung -
rusung” maka kata itu menunjukkan seseroang yang mempunyai keahlian
atau kelebihan dalam membawakan diri, baik menyangkut kepentingan
pribadi maupun kepentingan masyarakat serta tidak mengenal kata mundur
sebelum mencapai tujuannya. Tentu penamaan ini menunjukkan hubungan
sikap kepemimpinan masa lampau yang telah diletakkan dalam dasar
pemerintahan Karaeng Marusu’.
Versi lain
tentang penamaan Maros adalah berasal dari kata “Ma’roso”, yaitu nama
seorang pemilik kedai di tengah daerah Marusu. Konon kedai ini banyak
disinggahi kafilah dari dan ke Bone – Gowa dan jika mereka membuat suatu
perjanjian untuk bertemu, disebut di “Maroso” sehingga lama kelamaan
nama Ma’roso populer dan menjadi nama suatu daerah yang selanjutnya
berubah menjadi Maros.
0 komentar:
Posting Komentar