Kabupaten Bangka Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Daerah ini disebut sebagai Bumi "JUNJUNG BESAOH" yang menunjukkan bahwa daerah ini menjunjung tinggi budaya dan tradisi turun temurun gotong royong yang tercermin dari kehidupan masyarakat komunal yang kekeluargaannya masih sangat tinggi. Kabupaten Bangka Selatan merupakan kabupaten hasil pemekaran kabupaten Bangka Selatan baru melakukan pemilihan bupati yang pertama tahun 2005 yang terpilih sebagai Bupati adalah Drs. H. Justiar Noer, ST., MM. dengan wakilnya H. Jamro Bin H. Jalil. Pada bulan Juli 2010 telah melakukan pemilihan bupati untuk yang kedua kalinya dan dimenangkan oleh pasangan H. Jamro H. Jalil dan Nursyamsu.
Kabupaten Bangka Selatan setelah 5 tahun memiliki wilayah kompleks perkantoran dengan alamat di kompleks perkantoran terpadu Gunung Namak Toboali. Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu sentra penghasil beras di provinsi kepulauan Bangka Belitung yang dihasilkan dari wilayah yang dikembangkan dari daerah transmigrasi yaitu wilayah Rias. Selain sebagai wilayah penghasil timah, Bangka Selatan juga dikenal sebagai daerah penghasil hasil pertanian umum lain seperti karet, lada dan sawit.
Kondisi alam kabupaten Bangka Selatan jika dilihat dari iklim dan cuaca merupakan jika dilihat berdasarkan tipe iklim menurut Junghun merupakan daerah dengan tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata 394 mm/tahun. Temperatur tahunan kabupaten Bangka selatan berdasarkan data statsiun meteorologi Pangkalpinang adalah 28,3 °C/tahun, dengan kelembaban pertahun 88% dan tingkat isolasi atau penyinaran matahari pertahun 66,1% dengan tekanan udara 1011, mb.Selama periode 2006 pembangunan dibawah pimpinan Drs. Justiar Noer, ST., MM. banyak mengalami perkembangan baik pembangunan fisik maupun pembanguanan perekonomian. Meskipun paska tambang timah yang sudah mulai surut, tapi perekonomian di bangka Selatan masih terus berkembang dengan berkembangnya perekonomian disektor pertanian, perikanan, perkebunan dan perdagangan. Memang membangun perekonomian paska kejayaan timah sangat berat untuk tumbuh dan kembali sejahtera seperti masa pertambangan timah berjaya. Bukti keberhasilan mempertahankan perekonomian paska timah adalah meningkatnya produk domestik bruto kabupaten Bangka Selatan selama 5 tahun terakhir, dari tahun 2004 PDRB Bangka selatan sebanyak 1.328.386 juta atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,10% pada tahun 2005 mengalami peningkatan PDRB menjadi 1.612.964 juta atau pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04%.
Toboali adalah sebuah
kecamatan di
kabupaten Bangka Selatan,
Kepulauan Bangka Belitung,
Indonesia.
Toboali adalah nama kecamatan dan sekaligus nama ibukota kecamatan, dan
sekarang kota toboali sebagai ibukota kabupaten bangka selatan.Dari
toboali ke pangkal pinang, ibukota propinsi bangka belitung, sekitar 3
jam perjalanan dengan menggunakan angkutan umum bis. di toboali
masyarakat hidup rukun, dengan kebanyakan masyarakat melayu bangka dan
ditambah warga keturunan, yaitu orang tionghoa yang sudah menetap lama
di toboali sejak zaman kolonial belanda mereka sebagai pekerja di
tambang timah, yang lebih dikenal dengan sebutan 'singkek parit',
disamping itu juga terdapat banyak pendatang dari jawa, dan daratan
sumatera, seperti palembang, dan komering.
kota toboali disebut pula kota sabang, yang dalam pelapalan orang
toboali disebut 'habang'. orang sabang atau orang toboali berbicara
banyak menggunakan huruf 'h', misalnya sabun dilapalkan sebagai
'habun',dst. orang toboali banyak bermata pencaharian sebagai petani
lada,meskipun sekarang sudah mulai ditinggalkan karena kurang
menguntungkan, dan sekarang penduduk toboali banyak bekerja di sektor
tambang timah, yaitu TI(tambang inkonvensional).di kota selatan pulau
bangka ini hampir tidak terdapat perusahaan berupa pabrik atau industri
proses/kimia yang besar, terkecuali hanya tambang timah, yaitu PT.timah
dan PT. kobatin.
masyarakat bangka selatan,terutama toboali pada masa jayanya timah,
hidup dengan berkecukupan, tetapi akan menjapada masalah untuk paska
timah.fasilitas publik di kota ini termasuk kurang, mengingat daerah ini
baru berkembang. masyarakat di daerah ini kebanyakan hidup mandiri
secara ekonomi, karena pemerintah kelihatannya kurang intervensi dalam
mengentaskan kemiskinan.budaya orang toboali salah satunya adalah 'kawin massal', menikah
dengan jumlah pasangan yang banyak, disertai dengan hiburan band, yang
pada umumnya dilaksanakan malam hari, yang akhir-akhir ini membawa
banyak masalah terutama dapak negatif generasi mudanya yang tidak
militan belajar menuntut ilmu, dan ada kecenderungan hura-hura dan
foya-foya.
transportasi darat lancar, terutama menghubungkan kota toboali ke
ibukota propinsi, serta beberapa jalur umum lainnya, seperti trayek
sadai. transportasi laut, terutama pelabuhan sadai menyeberangkan
penumpang dari pulau bangka ke pulau belitung serta pulau jawa.rata-rata
orang toboali punya kendaraan roda dua.kehidupan ekonomi masih alamiah dan belu memanfaatkan teknologi maju,
seperti nelayan yang tradisional, petani tradisional. masyarakat
toboali secara umum sudah terbuka dengan kemajuan dan mulai bisa
mengikuti arus perubahan global dengan ditopnag sarana transportasi dan
telekomunikasi yang lancar dan lumayan layak.meskipun demikian tingkat
kemajuannya lambat, karena pemerintah daerahnya agak lamban dalam
melihat peluang perubahan dan persaingan global yang semestinya
mengembangkan dan mendorong rakyatnya untuk bisa menerobos halangan
kemajuan ekonomi, pendidikan, budaya dan sosial politik.