Masjid Al Muhajirin Terletak di Desa Ujung Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, mesjid ini dianggap sakti oleh masyarakat setempat. Pasalnya, masjid bergaya arsitektur timur tengah ini bertahan 55 tahun tanpa menggunakan besi sebagai rangka bangunan. Dilansir tempo.co, Selasa (24/7) ketua Ketua pembangunan Masjid Al-Muhajirin, Andi Patarai Nuur (65) mengatakan sejak dibangun tahun 1957 masjid ini tidak menggunakan besi sebagai rangkanya, termasuk lantai dua sebagai tempat bertenggernya 25 menara.
Patarai bercerita bahwa bangunan pada masjid ini, termasuk bagian kubah yang bertengger di atas lantai dua, hanya terdiri dari susunan batu bata. Bangunan tidak menggunakan semen dan besi sebagai tulang. Batu bata itu disusun di atas bilahan bambu. Setelah kering, bambu tipis itu kemudian dilepas. “Hanya, bata yang kena najis, tidak dipasang pada bagian masjid tersebut,” kata Patarai.
Berita tentang masjid yang sakti ini sudah terdengar hingga ke pelosok Asia. Seorang arsitektur Jepang, cerita Patarai, pernah sengaja berkunjung ke masjid ini tahun 2000 silam. Arsitek tersebut tidak percaya akan kekokohan bangunan yang tidak runtuh ketika gempa besar melanda Pinrang tahun 90an. “Arsitek itu setelah melihat-lihat tidak percaya karena masjid ini berlawanan dengan teori konstruksi bangunan,”tambahnya. Bahkan, arsitek itu bertaruh bahwa Al Muhajirin akan runtuh lima tahun setelah kedatangannya. Namun, setelah lima tahun, masjid tidak runtuh bahkan bertahan hingga sekarang.
Masjid Al Muhajirin dibangun oleh K.H. Sayyed Hasan Alwi. Awalnya Masjid Muhajirin tergolong masjid yang kecil. Namun setelah K.H. Sayyed Hasan alwi kembali ke Ujung Lero, setelah 10 tahun bermukim di Madinah, ia merombak masjid tersebut dengan berukuran 50 x 40 meter di atas lokasi 1 hektare. Setelah dibangun ulang, Patarai mengaku kalau masjid tersebut bisa menampung 1.500 jamaah. “Hingga kini belum pernah dipugar,” tutupnya.
Patarai bercerita bahwa bangunan pada masjid ini, termasuk bagian kubah yang bertengger di atas lantai dua, hanya terdiri dari susunan batu bata. Bangunan tidak menggunakan semen dan besi sebagai tulang. Batu bata itu disusun di atas bilahan bambu. Setelah kering, bambu tipis itu kemudian dilepas. “Hanya, bata yang kena najis, tidak dipasang pada bagian masjid tersebut,” kata Patarai.
Berita tentang masjid yang sakti ini sudah terdengar hingga ke pelosok Asia. Seorang arsitektur Jepang, cerita Patarai, pernah sengaja berkunjung ke masjid ini tahun 2000 silam. Arsitek tersebut tidak percaya akan kekokohan bangunan yang tidak runtuh ketika gempa besar melanda Pinrang tahun 90an. “Arsitek itu setelah melihat-lihat tidak percaya karena masjid ini berlawanan dengan teori konstruksi bangunan,”tambahnya. Bahkan, arsitek itu bertaruh bahwa Al Muhajirin akan runtuh lima tahun setelah kedatangannya. Namun, setelah lima tahun, masjid tidak runtuh bahkan bertahan hingga sekarang.
Masjid Al Muhajirin dibangun oleh K.H. Sayyed Hasan Alwi. Awalnya Masjid Muhajirin tergolong masjid yang kecil. Namun setelah K.H. Sayyed Hasan alwi kembali ke Ujung Lero, setelah 10 tahun bermukim di Madinah, ia merombak masjid tersebut dengan berukuran 50 x 40 meter di atas lokasi 1 hektare. Setelah dibangun ulang, Patarai mengaku kalau masjid tersebut bisa menampung 1.500 jamaah. “Hingga kini belum pernah dipugar,” tutupnya.
hebat. Allah selalu menunjukkan kebesarann-Nya
BalasHapus