Kabupaten Tolitoli atau Toli-toli adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Tolitoli. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.079.6 km² dan berpenduduk sebanyak 173.840 jiwa (2000). Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama Kabupaten Buol Tolitoli, namun pada tahun 2000 berdasarkan UU No. 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tolitoli sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Buol sebagai kabupaten hasil pemekaran.Kabupaten Tolitoli atau Toli-toli adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Tolitoli.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 4.079.6 km² dan berpenduduk sebanyak 173.840 jiwa (2000). Kabupaten Tolitoli sebelumnya bernama Kabupaten Buol Tolitoli, namun pada tahun 2000 berdasarkan UU No. 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tolitoli sebagai kabupaten induk dan Kabupaten Buol sebagai kabupaten hasil pemekaran.Nama Tolitoli berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat) dan Ue Saka (Sejenis Rotan). Jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan yang menjelma melalui Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putri yang menjelma sebagai Bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.
Kemudian nama Totolu berubah menjadi tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangi pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut Ahli Bahasa AC. Kruyt dan DR. Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini yang tersebar antara Desa Towera di daerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat di perbatasan Gorontalo.Daerah ini merupakan penghasil rempah-rempah seperti: cengkeh, kopra dan kakao yang berkualitas tinggi. Selain itu Tolitoli juga kaya akan hasil laut (ikan, rumput laut dan lain-lain) karena berada di daerah pesisir. Tolitoli saat ini dalam proses melakukan perdagangan internasional yang dikenal dengan nama TOTATA (Tolitoli-Tarakan-Tawao) dan TOSAMIN (Tolitoli-Sabah-Mindanao).
Daerah Tolitoli merupakan salah satu daerah yang perkembangan transportasinya dari tahun ke tahun cenderung lambat. Sejak tahun 1980-an hingga sekarang pesawat udara yang dapat mendarat masih sebatas Casa dengan penumpang 12 orang dengan jadwal penerbangan tidak setiap hari. Pembangunan transportasi darat kurang lebih sama, padahal untuk mendukung kelancaran distribusi hasil perkebunan rakyat yang dikatakan melimpah seharusnya didukung dengan sarana transportasi yang memadai. Ada beberapa tempat wisata di Tolitoli yang sangat indah, yaitu pantai Lalos, Sabang Tende, Bajugan, Kolondom dan wisata bawah laut dengan terumbu karang yang masih asli dan berbagai pulau yang sangat cocok untuk resort.
Kemudian nama Totolu berubah menjadi tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangi pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut Ahli Bahasa AC. Kruyt dan DR. Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini yang tersebar antara Desa Towera di daerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat di perbatasan Gorontalo.Daerah ini merupakan penghasil rempah-rempah seperti: cengkeh, kopra dan kakao yang berkualitas tinggi. Selain itu Tolitoli juga kaya akan hasil laut (ikan, rumput laut dan lain-lain) karena berada di daerah pesisir. Tolitoli saat ini dalam proses melakukan perdagangan internasional yang dikenal dengan nama TOTATA (Tolitoli-Tarakan-Tawao) dan TOSAMIN (Tolitoli-Sabah-Mindanao).
Daerah Tolitoli merupakan salah satu daerah yang perkembangan transportasinya dari tahun ke tahun cenderung lambat. Sejak tahun 1980-an hingga sekarang pesawat udara yang dapat mendarat masih sebatas Casa dengan penumpang 12 orang dengan jadwal penerbangan tidak setiap hari. Pembangunan transportasi darat kurang lebih sama, padahal untuk mendukung kelancaran distribusi hasil perkebunan rakyat yang dikatakan melimpah seharusnya didukung dengan sarana transportasi yang memadai. Ada beberapa tempat wisata di Tolitoli yang sangat indah, yaitu pantai Lalos, Sabang Tende, Bajugan, Kolondom dan wisata bawah laut dengan terumbu karang yang masih asli dan berbagai pulau yang sangat cocok untuk resort.
0 komentar:
Posting Komentar