Kawasan Gunung Palung dikukuhkan sebagai Taman Nasional pada tanggal 24 Maret 1990, dengan luas 90.000 ha. Kawasan tersebut secara geografis terletak pada 1°00' - 1°20' LS dan 109°00' - 110°24' BT, dan secara administrasi melingkupi Kecamatan Sukadana, Simpang Hilir dan Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Dinyatakan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan tahun 1990 dengan luas ± 90.000 ha. Secara administrasi pemerintahan berada pada 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Dati II Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat. Taman nasional ini ditunjuk berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan, SK No. 448/Kpts-II/1990.
Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar. Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat. Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari.
Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini. Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.Yang menarik seperti dipaparkan Huda, sapaan akrabnya, keberadaan jenis Orangutan yang mendiami kawasan tersebut sedikit berbeda dibanding Orangutan pada umumnya. Sosoknya tidak sama dengan orangutan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Bahkan selain Orangutan, di kawasan tersebut juga terdapat Bekantan (Nasalis larvatus). Saking luasnya wilayah taman nasional tersebut, keberadaannya tidak hanya berada pada lahan Kayong Utara. Akan tetapi terdapat bagian yang sampai saat ini masih bergabung bersama Kabupaten Ketapang, kabupaten induk. Dengan luas kawasan mencapai 90 ribu hektar, taman nasional ini terbentang di Kecamatan Sukadana dan Simpang Hilir di Kayong Utara, serta Kecamatan Matan Hilir Utara, Nanga Tayap, dan Sandai di Kabupaten Ketapang. Sebagai sebuah taman nasional, yang paling membanggakan TNGP memiliki ekosistem yang dikatakan sebagai terlengkap di antara taman-taman nasional di Indonesia. Di kawasannya terdapat Gunung Palung yang mempunyai ketinggian 1.116 meter.Sebagai kawasan konservasi yang ditunjuk berdasar Pernyataan Menteri Kehutanan Nomor 448/Menhut-Vl/1990 pada 6 Maret 1990, TNGP merupakan aset yang sangat penting, khususnya bagi Masyarakat Kalbar. Taman nasional yang memiliki tipe-tipe ekosistem terlengkap di Kalimantan. Tak mengherankan berbagai jenis durian dan terlengkap di dunia, terdapat pada kawasan tersebut. Inilah yang kemudian menjadikan Kota Sukadana sebagai bagian terbesar dari wilayah tersebut membuat tugu durian. Kelengkapan yang menjadikan alasan bagi para peneliti domestik serta mancanegara, untuk tertarik memelajari ekologi dan keanekaragaman hayati yang terkandung dalam taman nasional tersebut. Tercatat lebih dari 100 ilmuan pernah melakukan penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti.Cara pencapaian menuju lokasi, dari Pontianak menuju Ketapang menggunakan pesawat terbang selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.
Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar. Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat. Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari.
Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini. Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.Yang menarik seperti dipaparkan Huda, sapaan akrabnya, keberadaan jenis Orangutan yang mendiami kawasan tersebut sedikit berbeda dibanding Orangutan pada umumnya. Sosoknya tidak sama dengan orangutan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Bahkan selain Orangutan, di kawasan tersebut juga terdapat Bekantan (Nasalis larvatus). Saking luasnya wilayah taman nasional tersebut, keberadaannya tidak hanya berada pada lahan Kayong Utara. Akan tetapi terdapat bagian yang sampai saat ini masih bergabung bersama Kabupaten Ketapang, kabupaten induk. Dengan luas kawasan mencapai 90 ribu hektar, taman nasional ini terbentang di Kecamatan Sukadana dan Simpang Hilir di Kayong Utara, serta Kecamatan Matan Hilir Utara, Nanga Tayap, dan Sandai di Kabupaten Ketapang. Sebagai sebuah taman nasional, yang paling membanggakan TNGP memiliki ekosistem yang dikatakan sebagai terlengkap di antara taman-taman nasional di Indonesia. Di kawasannya terdapat Gunung Palung yang mempunyai ketinggian 1.116 meter.Sebagai kawasan konservasi yang ditunjuk berdasar Pernyataan Menteri Kehutanan Nomor 448/Menhut-Vl/1990 pada 6 Maret 1990, TNGP merupakan aset yang sangat penting, khususnya bagi Masyarakat Kalbar. Taman nasional yang memiliki tipe-tipe ekosistem terlengkap di Kalimantan. Tak mengherankan berbagai jenis durian dan terlengkap di dunia, terdapat pada kawasan tersebut. Inilah yang kemudian menjadikan Kota Sukadana sebagai bagian terbesar dari wilayah tersebut membuat tugu durian. Kelengkapan yang menjadikan alasan bagi para peneliti domestik serta mancanegara, untuk tertarik memelajari ekologi dan keanekaragaman hayati yang terkandung dalam taman nasional tersebut. Tercatat lebih dari 100 ilmuan pernah melakukan penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti.Cara pencapaian menuju lokasi, dari Pontianak menuju Ketapang menggunakan pesawat terbang selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.
0 komentar:
Posting Komentar