Masjid Agung Darussalam yang terletak di Palu, Sulawesi Tengah, merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya Sulawesi Tengah sebagai daerah tingkat satu pada tahun 1964. Tahun 1975, pemerintah daerah, ulama, dan beberapa ormas menggagas pembangunan sebuah masjid yang representatif dengan citra Kota Palu sebagai kota religius.
Masjid ini juga dapat dikatakan sebagai pemersatu umat karena jamaahnya berasal dari berbagai kecamatan di kota Palu. Selain itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan keagamaan, mulai dari Maulid Akbar, Festival Masjid Nusantara, MTQ, manasik haji untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, hingga pada akhir 2010 lalu digelar zikir akbar “Palu Berzikir” di masjid ini. Selain kegiatan keagamaan, aktivitas sosial kemasyarakatan juga kerap dilaksanakan di area masjid, seperti karnaval, bazar, dan berbagai kegiatan olahraga seperti sepak bola dan pencak silat. Semua itu menjadikan suasana masjid benar-benar hidup. Bangunan masjid secara keseluruhan terlihat megah dengan kesan kokoh yang didapat dari bentuk persegi pada badan bangunan. Namun, impresi ini dipermanis dengan pewarnaan oranye dan hijau muda pada aksen hias dinding luar masjid.
Bentuk kubah yang dilapisi dengan bahan seperti keramik mengilat berwarna hijau dengan aksen hias kuning menjadi padu dengan konsep bangunan masjid itu sendiri. Pemandangan yang harus diakui sangat menawan. Masjid terdiri dari dua lantai. Uniknya, di lantai dasar tidak terdapat tiang penyangga. Adapun di lantai dua terdapat dua belas tiang bergaris tengah 1,5 meter sebagai penyangga atap bangunan. Di pintu masuk masjid terdapat tangga yang langsung mengantar pengunjung ke lantai atas yakni ruang utama ibadah. Kesan lapang akan terasa saat memasuki ruang utama. Meskipun terdapat tiang-tiang penyangga, namun luas ruangan masih terasa layaknya sebuah aula besar. Selain itu, kelapangan ini didapat dari konsep minimalis yang tidak menggunakan banyak detail ornamen pada penataan ruang.
Kesan minimalis juga terlihat dari plafon masjid yang mengikuti bentuk kubah. Pada umumnya, masjid akan menampilkan detail hias yang cukup rumit di bagian ini. Namun di Masjid Darussalam hanya terdapat lukisan motif tribal tumbuhan. Bagian mihrab masjid juga terlihat minimalis. Mihrab dibedakan dari dinding lainnya dengan penggunaan keramik hitam untuk menutupi bagian pigura relung mihrab. Di sana juga terletak mimbar yang berbentuk tidak terlalu rumit. Tampaknya masjid memang didesain untuk menampilkan kesan bersahaja dan ramah. Bagi sebagian orang, dinamika kegiatan sosial keagamaan yang semarak di lingkungan masjid lebih penting dibandingkan menghias masjid itu sendiri.
Masjid ini juga dapat dikatakan sebagai pemersatu umat karena jamaahnya berasal dari berbagai kecamatan di kota Palu. Selain itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan keagamaan, mulai dari Maulid Akbar, Festival Masjid Nusantara, MTQ, manasik haji untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, hingga pada akhir 2010 lalu digelar zikir akbar “Palu Berzikir” di masjid ini. Selain kegiatan keagamaan, aktivitas sosial kemasyarakatan juga kerap dilaksanakan di area masjid, seperti karnaval, bazar, dan berbagai kegiatan olahraga seperti sepak bola dan pencak silat. Semua itu menjadikan suasana masjid benar-benar hidup. Bangunan masjid secara keseluruhan terlihat megah dengan kesan kokoh yang didapat dari bentuk persegi pada badan bangunan. Namun, impresi ini dipermanis dengan pewarnaan oranye dan hijau muda pada aksen hias dinding luar masjid.
Bentuk kubah yang dilapisi dengan bahan seperti keramik mengilat berwarna hijau dengan aksen hias kuning menjadi padu dengan konsep bangunan masjid itu sendiri. Pemandangan yang harus diakui sangat menawan. Masjid terdiri dari dua lantai. Uniknya, di lantai dasar tidak terdapat tiang penyangga. Adapun di lantai dua terdapat dua belas tiang bergaris tengah 1,5 meter sebagai penyangga atap bangunan. Di pintu masuk masjid terdapat tangga yang langsung mengantar pengunjung ke lantai atas yakni ruang utama ibadah. Kesan lapang akan terasa saat memasuki ruang utama. Meskipun terdapat tiang-tiang penyangga, namun luas ruangan masih terasa layaknya sebuah aula besar. Selain itu, kelapangan ini didapat dari konsep minimalis yang tidak menggunakan banyak detail ornamen pada penataan ruang.
Kesan minimalis juga terlihat dari plafon masjid yang mengikuti bentuk kubah. Pada umumnya, masjid akan menampilkan detail hias yang cukup rumit di bagian ini. Namun di Masjid Darussalam hanya terdapat lukisan motif tribal tumbuhan. Bagian mihrab masjid juga terlihat minimalis. Mihrab dibedakan dari dinding lainnya dengan penggunaan keramik hitam untuk menutupi bagian pigura relung mihrab. Di sana juga terletak mimbar yang berbentuk tidak terlalu rumit. Tampaknya masjid memang didesain untuk menampilkan kesan bersahaja dan ramah. Bagi sebagian orang, dinamika kegiatan sosial keagamaan yang semarak di lingkungan masjid lebih penting dibandingkan menghias masjid itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar