Maha Vihara Maitreya terletak di Jalan Cemara Boulevard Utara No 8 Kompleks Perumahan Cemara Asri, lokasi berdirinya Maha Vihara Maitreya, yang terbesar di Asia Tenggara. Masuk dari jalan utama kompleks kemudian berputar melewati sirkuit gokart maka tampaklah bangunan berwarna orange anggun berdiri di sana. Relief naga di bagian depan dua bangunan memberi kesan kekuatan.
“Kita memang yang terbesar di Asia Tenggara makanya namanya Maha Vihara Maitreya bukan Vihara,”
Sesuai dengan namanya, hampir setiap bagunan menampilkan patung Budha Maitreya, sosok dengan perut besar dan selalu tersenyum. Kabarnya, semua patung didatangkan dari daratan Tiongkok-Taiwan. Ditemani Herman, Sumut Pos pun memulai perjalanannya dari Gedung A, bagian paling kanan gedung. Gedung dengan luas 96x 30 meter terdiri dari empat lantai.
Lantai I diperuntukkan untuk perkantoran dengan luas 10×8 meter. Terdapat 10 kantor di situ. Sementara lantai dua, tiga, dan empat merupakan mes bagi pengurus. Lantai dua berisi 32 kamar, lantai tiga ada 26 kamar dan lantai empat ada 16 kamar berukuran 10×4 meter. Ini menunjukkan bagaimana pengelolaan yang dilakukan menggunakan metode yang profesional.
Di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh Patung Budha Maitreya yang terbuat dari kayu Hong, jenis dari Taiwan yang selalu menyebarkan bau harum yang khas. Begitu pun di pintu samping gedung sekretariat ini ketiga patung Budha Maitreya didampingi oleh Bodi Satva Kwan Im dan Panglima Perang, Bodhisatva Satyakalama atau Kwan Kong.
Di bagian samping Gedung Sekretariat ini dipajang lonceng berukuran besar yang disebut Kuai Le Zhong atau Genta Kebahagiaan. Genta berbobot tujuh ton itu didatangkan dari Tiongkok, posisinya digantung pada bangunan yang menaunginya. Tampak di sisi genta terukir aksara Tiongkok yang berisikan Dharma Hati. “Dharma Hati ini merupakan ajaran untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup,” jelas Herman.
Genta raksasa ini merupakan tujuan wajib para pengunjung yang datang ke Maha Vihara Maitreya. Tidak hanya untuk mengagumi, para pengunjung dipersilakan untuk membunyikan genta dengan kayu pemukul yang dipasang di sebelahnya. “Dengan memukul genta sebanyak tiga kali diharapkan akan membawa kebaikan dan rezeki kepadanya,” tambahnya.
Setelah Gedung A, perjalanan pun dilanjutkan ke sebelahnya yaitu Gedung B yang kalau dilihat dari depan merupakan gedung tengah. Menuju ke bagian tengah melintasi kolam Bodhisatva Kwan Im yang berada di antara Gedung A dan Gedung B. Tampak patung Bodhisatwa Kwan Im berwarna putih berdiri tegak di atas seekor naga dengan latar relief yang menggambarkan alam kehidupan nirwana. Patung Bodhisatva Kwan Im ini diapit oleh dua jembatan kebahagiaan di sebelah kiri dan jembatan kesehatan di sebelah kanan.
Beberapa ekor ikan koi beraneka warna berenang bebas di kolam memberi kesegaran dan kenyamanan saat berada di situ. “Orang berkunjung kemari tidak hanya untuk beribadah, bisa juga rekreasi. Dengan rekreasi segala penat akan hilang dan kembali bersemangat dalam menjalani kehidupan ini,” terang Herman.
Di gedung inilah terletak Altar Utama tepatnya di lantai dua disebut juga dengan Graha Maitreya (Mi Le Bao Dian) dengan ukuran 96×38 meter dan berdaya tampung seribu orang. Di sini terdapat Patung Budha Maitreya dengan pose duduk bersila. Patung setinggi tujuh meter ini terbuat dari tembaga yang didatangkan dari Taiwan. “Karena terlalu besar patungnya dirakit di Indonesia. Dari Taiwan kita datangkan lempengan patungnya,” beber Herman.
Di bagian belakang Altar Utama terdapat Graha Leluhur dengan luas 8 x 28 meter. Di situ terdapat lima papan berisikan nama kelima sesepuh yang disusun sesuai urutannya. Pintu dengan gaya khas Tiongkok memberi kesan tersendiri di bagian ini.
Turun ke lantai I terdapat Graha Sakyamuni (Da Xiong Bao Dian), Graha Guan Yin (Guan Yin Bao Dian), dan Graha Guan Gong (Guan Sheng Bao Dian). Tampak juga relief yang menceritakan Bodhisatva Kwan Im di sebelah kanan dan relief mengenai Bodhisarva Kwan Kong di sebelah kiri. Bangunan ini ditopang oleh 12 pilar polos.
Sementara di bagian luar terdapat delapan pilar naga. Ke delapan pilar ini seperti mengapit patung Budha Maitreya yang membawa kantung kebahagiaan serta sekeping emas di tangan kanannya. Menurut Herman, semua pengunjung dipastikan menghampiri untuk mengelus perut sang kebahagiaan ini. “Sampai perut sang patung Budha ini lecet karena memang semua pasti mengelus perut. Diyakini akan mendatangkan rezeki,” kata Herman seraya mengelus perut patung Maitreya dengan kedua tangannya.
Bagian akhir yaitu Gedung C dengan luas 96 meter x 30 meter terdiri atas tiga lantai. Adapun lantai satu adalah Teko Healty Resto berukuran 80 meter x 30 meter. Seperti namanya, restoran ini merupakan pusat jajanan ala vegetarian. “Budha Maitreya merupakan vegetarian maka kita pemujanya juga penganut vegetarian,” lanjutnya.
Di antara Teko Healty Resto dan Gedung B terdapat sebuah tempat bermain bagi anak-anak. Tampak replika kapal laut dilengkapi dengan celah yang sangat disukai anak-anak juga beberapa miniatur untuk bermain. Patung Bodhisatva Kwan Im yang didampingi patung malaikat kecil seolah menjadi saksi kebahagiaan mereka.
Di sisi luar resto, terdapat sebuah patung teko berwarna hijau. Bila dilihat sekilas, teko yang terus menuangkan air ke dalam cangkir ini seolah terbang. Kesan Teko Terbang ini pun kian nyata saat menyaksikannya di malam hari.
Bagian lain dari gedung C ini adalah serbaguna hall yang berada di lantai dua dan Sky Convention Hall di lantai tiga. Kedua bahagian ini dapat digunakan untuk kegiatan umum. Bahkan beberapa kali konser telah digelar di Sky Convention Hall. “Ruangan menggunakan pengedap suara jadi dipastikan tidak akan mengganggu kegiatan ibadah bila berlangsung bersamaan. Sky Convention Hall ini dapat menampung 3.000 orang,” papar Herman.
Kedatangan ke Maha Vihara Maitreya ini tidak akan lengkap bila tidak membawa cenderamata. Untuk souvenir tadi bisa didapatkan di Souvenir Shop yang satu bagian dengan Teko Healty Resto. Di situ dapat ditemui miniatur Maha Vihara Maitreya dari ukuran kecil hingga besar juga dalam beberapa pose. Demikian pula patung Budha Maitreya, Bodhisatva Kwan Im, Bodhisatva Kwan Kong, Sakyamuni (Sidarta Gautama) yang dibuat dengan beberapa bahan. Dua jam tak cukup rasanya melihat kemegahan dan keunikan di Maha Vihara Maitreya.
http://www.hariansumutpos.com
“Kita memang yang terbesar di Asia Tenggara makanya namanya Maha Vihara Maitreya bukan Vihara,”
Sesuai dengan namanya, hampir setiap bagunan menampilkan patung Budha Maitreya, sosok dengan perut besar dan selalu tersenyum. Kabarnya, semua patung didatangkan dari daratan Tiongkok-Taiwan. Ditemani Herman, Sumut Pos pun memulai perjalanannya dari Gedung A, bagian paling kanan gedung. Gedung dengan luas 96x 30 meter terdiri dari empat lantai.
Lantai I diperuntukkan untuk perkantoran dengan luas 10×8 meter. Terdapat 10 kantor di situ. Sementara lantai dua, tiga, dan empat merupakan mes bagi pengurus. Lantai dua berisi 32 kamar, lantai tiga ada 26 kamar dan lantai empat ada 16 kamar berukuran 10×4 meter. Ini menunjukkan bagaimana pengelolaan yang dilakukan menggunakan metode yang profesional.
Di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh Patung Budha Maitreya yang terbuat dari kayu Hong, jenis dari Taiwan yang selalu menyebarkan bau harum yang khas. Begitu pun di pintu samping gedung sekretariat ini ketiga patung Budha Maitreya didampingi oleh Bodi Satva Kwan Im dan Panglima Perang, Bodhisatva Satyakalama atau Kwan Kong.
Di bagian samping Gedung Sekretariat ini dipajang lonceng berukuran besar yang disebut Kuai Le Zhong atau Genta Kebahagiaan. Genta berbobot tujuh ton itu didatangkan dari Tiongkok, posisinya digantung pada bangunan yang menaunginya. Tampak di sisi genta terukir aksara Tiongkok yang berisikan Dharma Hati. “Dharma Hati ini merupakan ajaran untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup,” jelas Herman.
Genta raksasa ini merupakan tujuan wajib para pengunjung yang datang ke Maha Vihara Maitreya. Tidak hanya untuk mengagumi, para pengunjung dipersilakan untuk membunyikan genta dengan kayu pemukul yang dipasang di sebelahnya. “Dengan memukul genta sebanyak tiga kali diharapkan akan membawa kebaikan dan rezeki kepadanya,” tambahnya.
Setelah Gedung A, perjalanan pun dilanjutkan ke sebelahnya yaitu Gedung B yang kalau dilihat dari depan merupakan gedung tengah. Menuju ke bagian tengah melintasi kolam Bodhisatva Kwan Im yang berada di antara Gedung A dan Gedung B. Tampak patung Bodhisatwa Kwan Im berwarna putih berdiri tegak di atas seekor naga dengan latar relief yang menggambarkan alam kehidupan nirwana. Patung Bodhisatva Kwan Im ini diapit oleh dua jembatan kebahagiaan di sebelah kiri dan jembatan kesehatan di sebelah kanan.
Beberapa ekor ikan koi beraneka warna berenang bebas di kolam memberi kesegaran dan kenyamanan saat berada di situ. “Orang berkunjung kemari tidak hanya untuk beribadah, bisa juga rekreasi. Dengan rekreasi segala penat akan hilang dan kembali bersemangat dalam menjalani kehidupan ini,” terang Herman.
Di gedung inilah terletak Altar Utama tepatnya di lantai dua disebut juga dengan Graha Maitreya (Mi Le Bao Dian) dengan ukuran 96×38 meter dan berdaya tampung seribu orang. Di sini terdapat Patung Budha Maitreya dengan pose duduk bersila. Patung setinggi tujuh meter ini terbuat dari tembaga yang didatangkan dari Taiwan. “Karena terlalu besar patungnya dirakit di Indonesia. Dari Taiwan kita datangkan lempengan patungnya,” beber Herman.
Di bagian belakang Altar Utama terdapat Graha Leluhur dengan luas 8 x 28 meter. Di situ terdapat lima papan berisikan nama kelima sesepuh yang disusun sesuai urutannya. Pintu dengan gaya khas Tiongkok memberi kesan tersendiri di bagian ini.
Turun ke lantai I terdapat Graha Sakyamuni (Da Xiong Bao Dian), Graha Guan Yin (Guan Yin Bao Dian), dan Graha Guan Gong (Guan Sheng Bao Dian). Tampak juga relief yang menceritakan Bodhisatva Kwan Im di sebelah kanan dan relief mengenai Bodhisarva Kwan Kong di sebelah kiri. Bangunan ini ditopang oleh 12 pilar polos.
Sementara di bagian luar terdapat delapan pilar naga. Ke delapan pilar ini seperti mengapit patung Budha Maitreya yang membawa kantung kebahagiaan serta sekeping emas di tangan kanannya. Menurut Herman, semua pengunjung dipastikan menghampiri untuk mengelus perut sang kebahagiaan ini. “Sampai perut sang patung Budha ini lecet karena memang semua pasti mengelus perut. Diyakini akan mendatangkan rezeki,” kata Herman seraya mengelus perut patung Maitreya dengan kedua tangannya.
Bagian akhir yaitu Gedung C dengan luas 96 meter x 30 meter terdiri atas tiga lantai. Adapun lantai satu adalah Teko Healty Resto berukuran 80 meter x 30 meter. Seperti namanya, restoran ini merupakan pusat jajanan ala vegetarian. “Budha Maitreya merupakan vegetarian maka kita pemujanya juga penganut vegetarian,” lanjutnya.
Di antara Teko Healty Resto dan Gedung B terdapat sebuah tempat bermain bagi anak-anak. Tampak replika kapal laut dilengkapi dengan celah yang sangat disukai anak-anak juga beberapa miniatur untuk bermain. Patung Bodhisatva Kwan Im yang didampingi patung malaikat kecil seolah menjadi saksi kebahagiaan mereka.
Di sisi luar resto, terdapat sebuah patung teko berwarna hijau. Bila dilihat sekilas, teko yang terus menuangkan air ke dalam cangkir ini seolah terbang. Kesan Teko Terbang ini pun kian nyata saat menyaksikannya di malam hari.
Bagian lain dari gedung C ini adalah serbaguna hall yang berada di lantai dua dan Sky Convention Hall di lantai tiga. Kedua bahagian ini dapat digunakan untuk kegiatan umum. Bahkan beberapa kali konser telah digelar di Sky Convention Hall. “Ruangan menggunakan pengedap suara jadi dipastikan tidak akan mengganggu kegiatan ibadah bila berlangsung bersamaan. Sky Convention Hall ini dapat menampung 3.000 orang,” papar Herman.
Kedatangan ke Maha Vihara Maitreya ini tidak akan lengkap bila tidak membawa cenderamata. Untuk souvenir tadi bisa didapatkan di Souvenir Shop yang satu bagian dengan Teko Healty Resto. Di situ dapat ditemui miniatur Maha Vihara Maitreya dari ukuran kecil hingga besar juga dalam beberapa pose. Demikian pula patung Budha Maitreya, Bodhisatva Kwan Im, Bodhisatva Kwan Kong, Sakyamuni (Sidarta Gautama) yang dibuat dengan beberapa bahan. Dua jam tak cukup rasanya melihat kemegahan dan keunikan di Maha Vihara Maitreya.
http://www.hariansumutpos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar