Medan, 31/10 (ANTARA) - Cermin, sebagai pantai wisata kalau dulunya masih bagian dari kawasan Kabupaten Deliserdang dan jaraknya tidak jauh dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan diperkirakan 55 kilometer. Kini telah masuk dalam pemekaran Kabupaten Serdang-Bedagai (Sergai) yang berusia 3 – 4 tahun.
Setelah menyeberangi jembatan Sungai Ular dan menjelang masuk ke pusat Kota Perbaungan, perjalanan berbelok ke kiri. Selain memiliki kawasan pantai menghadap ke Selat Malakan. Pantai Cermin juga dikenal letaknya pada lingkungan pemukiman warga nelayan suku Melayu, indah, lembut dan kondusif.
Bukan itu saja, kawasan pantai di Kabupaten Sergai ini telah berkembang dengan keberadaan pada ruas jalur jalan yang sama, Pantai Gudang Garam, Pantai Kuala Putri dan kawasan pantai yang dikelola secara mutakhir oleh investor dari Malysia, “Theme Park”.
Pantai Gudang Garam, Pantai Kuala Putri dan Pantai Cermin, tetap mendapat kunjungan para wisatawan yang bukan hanya bersantai, tetapi juga berenang, meman-
cing terutama pada hari-hari libur.
Justru pada lokasi “Theme Park” karena dikelola secara professional, setiap pengunjnung yang berkendaraan mobil dikenakan tariff masuk yang agak mahal dibandingkan dengan wisata pantai tetangga lainnya. Selain di dalam lokasi disediakan berbagai jenis permainan (game). Juga penginapan, bagi wisatawan bersama keluarganya yang benar-benar ingin berlibur menikmati kawasan pantai.
BILA Pantai Gudang Garam, Pantai Kuala Putri, Pantai Cermin dan Theme Park lokasinya belum memasuki pusat Kota Perdagangan, berbeda dengan lokasi Pantai Klang yang namanya mencuat sejak kurun waktu kurang dari satu dasa warsa terakhir. Apalagi Serdang Bedagai sebagai pemekaran Kabupaten Deliserdang, belum berusia 10 tahun dan kini dipimpin pasangan Bupati/Wakil Bupati, H.T Erry Nuradi/H Soekirman.
Pantai Klang, perjalanan dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan setelah menyeberangi jmbatan Sungai Ular, melewati pusat Kota Perbaungan mengarah ke ibukota kabupaten Sei Rampah. Tentunya juga akan melewati kawasan yang dinamakan Pasar Bengkel yang kedua sisi ruas jalannya dipenuhi toko/kios yang menjual berbagai jenis makanan ringan sebagai oleh-oleh, dodol dan lain sebagainya. Makanan ringan ini yang kemudian menjadi ciri khas Kabupaten Sergai.
Perjalanan diteruskan dan mendapatkan Simpang Sungai Buluh berbelok ke kiri arah ke Pantai Klang, pengunjung atau wisatawan akan melewati suasana kampung yang sejuk, lembutdan kondusif. Kemudian melewati areal persawahan, hingga akhirnya memasuki areal wisata Pantai Klang yang diteduhi pepohonan khas pantai yang rimbun.
Suasana pantai sangat indah pemandangannya, menawan dan menyegarkan. Kawasan pantai selain untuk berenang dan memancing, di bagian darat dipenuhi berbagai kedai dan warung yang menjual berbagai jenis makanan, murah dan meriah!
KABUPATEN Serdang Bedagai (Sergai) salah satu kabupaten dan kota memiliki kawasan pantai yang tidak jauh dari ibukota provinsi Sumatera Utara, Medan. Kabupaten ini bukan hanya memiliki wisata pantai dibandingkan dengan daerah lain yang tiap minggunya dikunjungi wisatawan. Kabupaten ini juga mencatat berbagai prestasi, salah satunya sebagai kawasan “Sentra Opak”. Opak adalah jenis makanan ringan yang merupakan olahan dari bahan baku, ubi katu (singkong). Ubi kayu sebagai bahan dasar, menjadi bahan makanan industri rumah tanfgga (home industry), kemudian dikembangkan menjadi, Rengginang, Alen-alen, Opak pedas, Yeye, Mie dan lain sebagainya.
Opak sebagai “home industry” dikembangkan kaum perempuan di Kecamatan Pegajahan yang sekaligus menorehkan “tinta emas” sebagai salah satu kabupaten terbaik di Indonesia.
Diprakarsai Koperasi Wanita (Kopwan) “Suara Bestari” Pegajahan pimpinan Hj Susilawaty, kaum perempuan di kecamatan tersebut dfilibatkan dalam pengolahan ubi kayu yang merata ditanam para petani setempat menjadi makanan ringan yang populer.
Kecamatan Pegajhahan yang dulkunya sebagai salah satu dari pemekaran Kabupaten Deliserdang, memiliki,luas wilayah 6.05 kilometer persegi dengan jumlah penduduknya 3.000 jiwa atau 600 kepala keluarga (KK). Karena di desa ini juga hidupo berbaur generasi ketiga dari 12 KK warga Bali yang menjadi korban meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963. Di tengah turunan suku Jawa, Batak Simalungun yang Muslim, warga Bali memiliki bangunan Candi Bentar serta bangunan Pura Agung “Dharmarak-saka”.,
Pengolahan Opak sebagai makanan ringan, merupakan upaya pemberdayaan perempuan terutama di desa-desa dan turut menampung mereka bekerja setidak-tidaknya 400 orang sebagai perajin. Kondisi ini, bukan saja mengurangi angka pengangguran, tetapi juga akan kemiskinan. Apalagi tanaman singkong sebagai bahan dasar Opak, harganya melonjak.
Bahkan hasil singkong setempat tidak mencukupi untuk produk makanan ringan tersebut, ditandai dengan permintaan pasar yang terus meningkat. Sehingga perajin menjadi kewalahan untuk bisa memenuhi pesanan konsumen.
Pemberdayaan perempuan melalui “home industry” dengan mengolah bahan utamanya hasil pertanian setempat, selayaknya diikuti kota dan kabupaten lainnya di Sumatera Utara. Jelas nilai positifnya, selain mengangkat derajat kaum perempuan, selain mengurangi angka pengangguran, tetapi juga angka kemiskinan. Apalagi produk yang dihasilkan mampu memenuhi pasar keinginan konsumen!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar